Senin, 25 April 2022

AKSI NYATA MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

AKSI NYATA

MODUL 3.1

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

OLEH :


SUHARYONO, S.P.d.SD

SD NEGERI 1 MAYAHAN

CGP ANGKATAN 4 KAB. GROBOGAN

 

 

1. Peristiwa (Fact)

Latar belakang tentang situasi yang dihadapi

Di  SD Negeri 1 Mayahan terdapat siswa yang tidak pernah masuk sekolah hampir 2 tahun mulai saat masa pandemi covid – 19 pada Maret tahun 2020 semenjak di berlakukan pembelajaran jarak jauk baik DARING maupun LURING, siswa tersebut tidak pernah mengikuti pelajaran.  Namun saat pihak sekolah mencari informasi ke pihak orang tua siswa mendapatkan informasi bahwa siswa tersebut telah masuk ke pondok pesantren.  Secara data dapodik siswa tersebut masih terdaftar di SD Negeri 1 Mayahan karena belum ada atau tidak ada surat permohonan pindah sekolah dari orang tuanya. Hal ini karena siswa tersebut memang tidak belajar  atau bersekolah formal di SD maupun MI namun hanya mengikuti pembelajaran non formal di pondok pesantren. Terkait hal ini kami merasa tidak faham terhadap kemauan dari siswa dan orangnya tersebut.

Namun minggu kemaren orang tua yaitu ibu dari siswa tersebut mendatangi  SD Negeri 1 Mayahan untuk meminta surat Pindah sekolah beserta buku rapot.  Disinilah permasalahan muncul karena ibu dari siswa tersebut meminta agar anaknya pindah sekolah berstatus kelas 5 dengan alasan biar siswa tersebut bisa masuk di sekolah baru kelas 5 sesuai dengan kedudukan seharusnya bila mengikuti pelajaran secara terus menerus. Proses pendekatan Coaching diperlukan dalam mengatasi masalah ini. Secara nyata dan jelas bahwa siswa tersebut telah berhenti tidak mengikuti pelajaran terhitung mulai sejak awal kelas 4.

Hal tersebut menjadi  Dilema etika dimana saya guru yang merangkap operator sekolah beserta bapak kepala sekolah ibu  sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu membuat keputusan yang tepat untuk permasalahan tersebut.

Kami berkolaborasi berdiskusi  mencoba mengambil keputusan berdasarkan materi pada modul 3.1 yang sudah saya pelajari. Paradigma yang terjadi dalam kasus tersebut diatas adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kemudian prinsip yang saya ambil yaitu Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), kami  mencoba menggunakan 9 langkah untuk pertimbangan bahan pengujian dan pengambilan keputusan yang akan diambil sehingga dapatlah sebuah keputusan yang tepat yaitu dengan cara memberikan atau mengeluarkan surat pindah kepada siswa tersebut dengan keterangan siswa tersebut belajar di SD Negeri 1 Mayahan sampai kelas 4 tahun pelajaran 2020/2021.

Alasan melakukan Aksi Nyata tersebut

Alasan melakukan Aksi nyata tersebut adalah karena adanya kasus  atau permasalahan yang terjadi dimana ada siswa yang hampir 2 tahun tidak mengikuti pembelajaran daring mauun luring.

Hasil Aksi Nyata yang dilakukan

Hasil Aksi nyata yang dilakukan adalah Dokumentasi dari rapat dewan guru yang menyatakan siswa bermasalah tersebut mendapat surat keterangan pindah sekolah sehingga  dapat lagi mengikuti pembelajaran formal  yang sudah hampir 2 tahun berhenti. 



( Foto diskusi dalam mengambil keputusan)

 

2. Perasaan (Feelings)

Perasaan ketika dan setelah menjalankan Aksi Nyata

Perasaan ketika melakukan Aksi nyata: Saya merasa mengalami situasi Dilema etika terhadap masalah siswa tersebut. Disatu sisi, kami merasa senang sekali bahwa orang tua dan siswa tersebut sudah memahami betapa pentingnya sekolah formal, sehingga bersedia atau berkeinginan untuk mengikuti pembelajaran formal lagi.

Namun disisi lain orang tua dari siswa tersebut memohon surat keteranan pindah sekolah dengan status saat ini dikelas 5 . sehingga keputusan yang kami ambil harus tepat dan koordinasi, kolaborasi, berdiskusi dengan semua dewan guru. 

Setelah melakukan Aksi Nyata saya merasa lebih tenang karena keputusan berdasarkan hasil rapat dewan guru dan identifikasi maupun analisis masalah yang tepat untuk kebaikan bersama antara sekolah dan siswa. Paradigma yang digunakan adalah paradigma adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kemudian prinsip yang saya ambil yaitu Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking),  

3. Pembelajaran ( Findings )

Dalam proses pembelajaran ini saya mengajak rekan sejawat  dan seluruh warga sekolah ( Kolaborasi ) untuk bersama-sama mengambil keputusan yang tepat, bertanggung jawab, dan bisa dipertanggung jawabkan. Pada tahap inilah saya dapat mengetahui kendala, hambatan dan solusi yang tepat atas permasalahan yang terjadi sehingga nanti didapat formulasi yang tepat untuk mengatasi  masalah ini. Dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah-langkah pada materi modul 3.1 memudahkan kami  dalam mengambil keputusan yang tepat.

4. Penerapan ( Future )

Setelah mendapatkan keputusan yang tepat kami  mencoba menerapkan solusi dari permasalahan tersebut secara rutin dan melakukan kolaborasi bersama seluruh warga sekolah guna memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik yang dapat meningkatkan semangat,motivasi,sikap dan prestasi secara berkelanjutan dan terintegrasi dalam proses pembelajaran dalam aktivitas sehari – hari mendatang agar lingkungan sekolah menjadi kondusif, aman dan nyaman untuk seluruh warga sekolah.

Kebenaran yang ada  adalah benar jika kami  menerapkan peraturan  karena sebagai bentuk cara untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.  Sebagai bentuk menanamkan nilai-nilai kebajikan universal yang berguna untuk kehidupan siswa.

Paradigma yang terjadi pada kasus ini adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Prinsip yang diambil yaitu Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking),  

Yang terlibat dalam situasi ini yaitu saya selaku pemimpin pembelajaran , murid, rekan guru, kepala sekolah dan wali murid.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar