Senin, 25 April 2022

AKSI NYATA MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

AKSI NYATA

MODUL 3.1

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

OLEH :


SUHARYONO, S.P.d.SD

SD NEGERI 1 MAYAHAN

CGP ANGKATAN 4 KAB. GROBOGAN

 

 

1. Peristiwa (Fact)

Latar belakang tentang situasi yang dihadapi

Di  SD Negeri 1 Mayahan terdapat siswa yang tidak pernah masuk sekolah hampir 2 tahun mulai saat masa pandemi covid – 19 pada Maret tahun 2020 semenjak di berlakukan pembelajaran jarak jauk baik DARING maupun LURING, siswa tersebut tidak pernah mengikuti pelajaran.  Namun saat pihak sekolah mencari informasi ke pihak orang tua siswa mendapatkan informasi bahwa siswa tersebut telah masuk ke pondok pesantren.  Secara data dapodik siswa tersebut masih terdaftar di SD Negeri 1 Mayahan karena belum ada atau tidak ada surat permohonan pindah sekolah dari orang tuanya. Hal ini karena siswa tersebut memang tidak belajar  atau bersekolah formal di SD maupun MI namun hanya mengikuti pembelajaran non formal di pondok pesantren. Terkait hal ini kami merasa tidak faham terhadap kemauan dari siswa dan orangnya tersebut.

Namun minggu kemaren orang tua yaitu ibu dari siswa tersebut mendatangi  SD Negeri 1 Mayahan untuk meminta surat Pindah sekolah beserta buku rapot.  Disinilah permasalahan muncul karena ibu dari siswa tersebut meminta agar anaknya pindah sekolah berstatus kelas 5 dengan alasan biar siswa tersebut bisa masuk di sekolah baru kelas 5 sesuai dengan kedudukan seharusnya bila mengikuti pelajaran secara terus menerus. Proses pendekatan Coaching diperlukan dalam mengatasi masalah ini. Secara nyata dan jelas bahwa siswa tersebut telah berhenti tidak mengikuti pelajaran terhitung mulai sejak awal kelas 4.

Hal tersebut menjadi  Dilema etika dimana saya guru yang merangkap operator sekolah beserta bapak kepala sekolah ibu  sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu membuat keputusan yang tepat untuk permasalahan tersebut.

Kami berkolaborasi berdiskusi  mencoba mengambil keputusan berdasarkan materi pada modul 3.1 yang sudah saya pelajari. Paradigma yang terjadi dalam kasus tersebut diatas adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kemudian prinsip yang saya ambil yaitu Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), kami  mencoba menggunakan 9 langkah untuk pertimbangan bahan pengujian dan pengambilan keputusan yang akan diambil sehingga dapatlah sebuah keputusan yang tepat yaitu dengan cara memberikan atau mengeluarkan surat pindah kepada siswa tersebut dengan keterangan siswa tersebut belajar di SD Negeri 1 Mayahan sampai kelas 4 tahun pelajaran 2020/2021.

Alasan melakukan Aksi Nyata tersebut

Alasan melakukan Aksi nyata tersebut adalah karena adanya kasus  atau permasalahan yang terjadi dimana ada siswa yang hampir 2 tahun tidak mengikuti pembelajaran daring mauun luring.

Hasil Aksi Nyata yang dilakukan

Hasil Aksi nyata yang dilakukan adalah Dokumentasi dari rapat dewan guru yang menyatakan siswa bermasalah tersebut mendapat surat keterangan pindah sekolah sehingga  dapat lagi mengikuti pembelajaran formal  yang sudah hampir 2 tahun berhenti. 



( Foto diskusi dalam mengambil keputusan)

 

2. Perasaan (Feelings)

Perasaan ketika dan setelah menjalankan Aksi Nyata

Perasaan ketika melakukan Aksi nyata: Saya merasa mengalami situasi Dilema etika terhadap masalah siswa tersebut. Disatu sisi, kami merasa senang sekali bahwa orang tua dan siswa tersebut sudah memahami betapa pentingnya sekolah formal, sehingga bersedia atau berkeinginan untuk mengikuti pembelajaran formal lagi.

Namun disisi lain orang tua dari siswa tersebut memohon surat keteranan pindah sekolah dengan status saat ini dikelas 5 . sehingga keputusan yang kami ambil harus tepat dan koordinasi, kolaborasi, berdiskusi dengan semua dewan guru. 

Setelah melakukan Aksi Nyata saya merasa lebih tenang karena keputusan berdasarkan hasil rapat dewan guru dan identifikasi maupun analisis masalah yang tepat untuk kebaikan bersama antara sekolah dan siswa. Paradigma yang digunakan adalah paradigma adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kemudian prinsip yang saya ambil yaitu Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking),  

3. Pembelajaran ( Findings )

Dalam proses pembelajaran ini saya mengajak rekan sejawat  dan seluruh warga sekolah ( Kolaborasi ) untuk bersama-sama mengambil keputusan yang tepat, bertanggung jawab, dan bisa dipertanggung jawabkan. Pada tahap inilah saya dapat mengetahui kendala, hambatan dan solusi yang tepat atas permasalahan yang terjadi sehingga nanti didapat formulasi yang tepat untuk mengatasi  masalah ini. Dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah-langkah pada materi modul 3.1 memudahkan kami  dalam mengambil keputusan yang tepat.

4. Penerapan ( Future )

Setelah mendapatkan keputusan yang tepat kami  mencoba menerapkan solusi dari permasalahan tersebut secara rutin dan melakukan kolaborasi bersama seluruh warga sekolah guna memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik yang dapat meningkatkan semangat,motivasi,sikap dan prestasi secara berkelanjutan dan terintegrasi dalam proses pembelajaran dalam aktivitas sehari – hari mendatang agar lingkungan sekolah menjadi kondusif, aman dan nyaman untuk seluruh warga sekolah.

Kebenaran yang ada  adalah benar jika kami  menerapkan peraturan  karena sebagai bentuk cara untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.  Sebagai bentuk menanamkan nilai-nilai kebajikan universal yang berguna untuk kehidupan siswa.

Paradigma yang terjadi pada kasus ini adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Prinsip yang diambil yaitu Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking),  

Yang terlibat dalam situasi ini yaitu saya selaku pemimpin pembelajaran , murid, rekan guru, kepala sekolah dan wali murid.

 

 

 

Jumat, 22 April 2022

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Guru Penggerak_Suharyono,S.Pd.SD_ Angkatan 4 Kabupaten Grobogan

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Grobogan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Perkenalkan saya Suharyono, S.Pd,SD  Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SD  Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yaitu Bapak Suparno, M.M dan Pengajar Praktik saya Ibu Dwi Susilowati, S.Pd. M.Pd. yang selalu membimbing, mengarahkan, , dan mendampingi saya dalam mengikuti Pendidikan Guru Penggerak sampai saat ini.

Izinkan saya dalam kesempatan ini membahas tentang Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba menjawabnya.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pandangan Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Guru adalah penuntun segala kekuatan kodrat (kodrat alam & kodrat zaman) pada anak didik agar sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Makna kata "Penuntun", dapat dipahami sebagai "Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada siswa, dengan semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani.

Dalam proses menuntun, anak atau peserta didik  akan diberi keleluasaan memilih  sesuai kodratnya, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan ,bimbingan agar anak atau sisa  tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada siswa.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kitaUntuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan.

Dengan kita menerapkan ketiga prinsip : Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) keputusan yang di ambil akan tepat dan sangat kecil dampak negatifnya.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilisator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada siswa atau anak , apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada anak atau siswa, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar siswa dalam pembelajaran di kelas atau sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar.

Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari siswanya . Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya . Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh siswanya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga siswa  dapat menemukan potensi yang ada pada diri anak (coachee) tersebut.

Harapannya, proses coaching bisa  menjadi salah satu langkah yang benar tepat bagi guru untuk membantu siswa untuk mengali atau menemukan  potensinya, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. 

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dalam melaksanakan proses pembelajaran , pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , dampak pasti  akan terjadi karena keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensinya  dan tidak bisa mengakomodir semua kepentingan yang ada. Maka sebagai pendidik harus berani dan percaya diri dalam mengambil keputusan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip " melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada permasalahan baik bujukan moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 

Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut bisa dipastikan  akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka demikian  akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan /kendala yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak melibatkan rekan rekan  atau warga sekolah, sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut , saya tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada peraturan atau konsensus di sekolah, adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam budaya di lingkungan menimbulkan rasa kasihan yang masih kuat, serta Pemahaman yang kurang  tepat tentang informasi yang berkaitan dengan kasus yang saya ditangani sehigga dapat mempengaruhi keputusan yang saya ambil.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sebagai seorang pendidik, saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika pendidik sebagai pemimpin pembelajaran sedang melaksanakan  pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak kepada siswa, maka dapat dipastikan siswa –siswanya  akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Sehingga masa depan siswa  akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang kuat, cerdas,  penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan di masa depan  dan pekerjaannya kelak di kemudian hari.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat. Makna kata "Penuntun", dapat dipahami sebagai "Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada siswa atau anak

Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Pengambilan Keputusan merupakan  pemilihan salah satu alternatif dari alternatif atau solusi  yang ada. Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, tentunya nilai-nilai diri yang tertanam dalam diri guru akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. 

Kamis, 14 April 2022

REFLEKSI MODUL 1.3 “VISI GURU PENGGERAK”

 

REFLEKSI MODUL 1.3

“VISI GURU PENGGERAK”

OLEH :



SUHARYONO, S.Pd.SD

SD NEGERI 1 MAYAHAN, KABUPATEN GROBOGAN

 

ü Pemikiran Ki Hajar Dewantara

ü Peran Guru Penggerak

ü Nilai  Guru Penggerak

ü Inkuiri Apresiatif – Tahapan BAGJA

 

1.    Rumusan Visi :

“MENJADIKAN PESERTA DIDIK YANG BERKARAKTER BAIK DAN BERAKHLAK MULIA SESUAI DENGAN PROFIL PELAJAR PANCASILA”

ü  Pemikiran Ki Hajar Dewantara :

Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan sangat berguna bagi manusia Indonesia  yaitu proses memanusiakan manusia yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. Dalam mendidik, ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi manusiawi yang otentik pada manusia untuk dimiliki, dilanjutkan, dan disempurnakan.

Ki Hajar Dewantara mempunyai konsep dalam pendidikan di mana dua hal ini harus dibedakan yakni sistem pengajaran dan pendidikan yang bersinergi satu sama lain. Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), dan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir serta  mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).

Akar pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian serta kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsa dan negaranya.

ü Peran Guru Penggerak :

Ø  5 butir peran dari seorang Guru Penggerak:

1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran

Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah.

2. Menggerakkan Komunitas Praktisi

Menggerakkan komunitas praktik untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya.

3. Menjadi Coach Bagi Guru Lain

Menjadi coach dan mentor bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.

4.Mendorong Kolaborasi Antar Guru

Membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

5. Mewujudkan Kepemimpinan Murid

Mendorong peningkatan kemandirian dan kepemimpinan murid di sekolah.

Ø  Ada 12 kompetensi guru dan kepala sekolah diantara adalah ;

a. Kompetensi

Menunjukkan praktik pengembangan diri berdasarkan kesadaran dan kemauan pribadi.

b. Kompetensi

Mengembangkan kompetensi warga sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Kompetensi

Berpartisipasi aktif dalam jejaring dan organisasi yang relevan dengan kepemimpinan sekolah untuk mengembangkan karier.

d. Kompetensi

Menunjukkan kematangan spiritual, moral, dan emosi untuk berperilaku sesuai dengan kode etik

e. Kompetensi

Memimpin upaya pengembangan lingkungan belajar yang berpusat pada murid

f. Kompetensi

Memimpin perencanaan dan pelaksanaan proses belajar yang berpusat pada murid.

g. Kompetensi

Memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid.

h. Kompetensi

Melibatkan orang tua/wali murid sebagai pendamping dan sumber belajar di sekolah.

i. Kompetensi

Mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berorientasi pada murid

j. Kompetensi

Memimpin dan mengelola program sekolah yang berdampak pada murid.

k. Kompetensi

Memimpin program pengembangan sekolah untuk mengoptimalkan proses belajar murid dan mendukung kebutuhan masyarakat sekitar sekolah yang relevan.

l.Kompetensi

Melibatkan orang tua/wali murid dan masyarakat dalam pengembangan sekolah.

ü Nilai – nilai guru penggerak :

Untuk melaksanakan peran guru penggerak seorang guru harus bisa memahami dan menjiwai 5 nilai dari seorang guru penggerak.

1.         Mandiri yaitu kemampuan mendorong diri sendiri serta bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya.

2.         Reflektif yaitu seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain.

3.         Nilai Kolaborasi yaitu  suatu bentuk interaksi, diskusi, kompromi, kerjasama yang berhubungan dengan individu, kelompok atau beberapa pihak lainnya, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.

4.         Nilai Inovatif yaitu memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu.

5.         Nilai berpihak pada anak yaitu kita harus memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat. Kemudian memberi kebebasan membangun sendiri pengetahuannya, tidak selalu mengikuti keinginan gurunya.

ü Inkuiri Apresiatif – Tahapan BAGJA :

Inkuiri Apresiatif merupakan Sebuah pedekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan, menggunakan prinsip-prinsip psikologi positif dan pendidikan positif.

IA membawa perubahan  perbaikan pada sistem, misal organisasi, komunitas.

IA memulai perubahan berdasarkan pertanyaan utama yang ditentukan bersama yang dijalankan dalam susana yang positif dan apresiatif.

Ada 5 tahapan utama yaitu BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi)

Tahapan – tahapan ini akan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputuasan – keputusan.

2.    Rancangan Strategi Perubahan

Tahapan BAGJA sebagai Model manjemen perubahan dengan paradigma Inkuiri Apresiatif yang berbasis kekuatan. Rancangan Strategi Perubahan berdasarkan tahapan BAGJA yang mewujudkan visi “MENJADIKAN PESERTA DIDIK YANG BERKARAKTER BAIK DAN BERAKHLAK MULIA SESUAI DENGAN PROFIL PELAJAR PANCASILA”

PRAKARSA

PERUBAHAN

Strategi Pengenalan Kekuatan dan Potensi peserta didik untuk memiliki karakter baik dan akhlak mulia

TAHAPAN

Pertanyaan

Rancangan Strategi Perubahan

B-uat pertanyaan (Define)

  1. Bagaimana karakter baik dan akhlak mulia Peserta didik di SD Negeri 1 Mayahan?
  2. Karakter dan Akhlak apa yang sudah dimiliki oleh peserta didik di SD Negeri 1 Mayahan?
  1. Semua guru melakukan pengamatan kepada peserta didik.
  2. Saling bertukar informasi dengan rekan guru terkait dengan karakter baik dan akhlak peserta didik.

A-mbil pelajaran (Discover)

  1. Apa manfaat memiliki karakter baik dan akhlak mulia bagi peserta didik?
  2. Metode pembelajaran yang seperti apa yang cocok untuk memumbuhkan karakter baik dan akhlak mulia pada peserta didik?
  1. Melakukan study ke sekolah yang sudah mengembangkan karakter baik dan akhlak mulia pada peserta didik sebagai referensi.
  2. Menerapkan pada pembelajaran dengan budi pekerti dan pembiasaan.

Seperti;

Sopan terhadap guru

Menghargai teman

Menjaga nama baik sekolah

Belajar dengan tekun

G-ali mimpi (Dream)

  1. Apakah menumbuhkan karakter biak dan akhlak merupakan wujud profil pelajar pancasila?
  2. Bagaimana perasaan kita jika semua peserta didik memiliki karakter baik dan akhlak mulia?
  1. Melakukan study ke sekolah yang sudah mengembangkan karakter baik dan akhlak mulia pada peserta didik sebagai referensi.
  2. Memulai menerapkan budi pekerti  dari kelas melalu kegiatan pembelajaran.

J-abarkan rencana (Design)

  1. Mulai dari kelas berapa target mewujudkan karakter baik dan aklhak mulia ?
  2. Kegiatan belajar mengajar yang seperti apa yang dapat menumbuhkan karakter dan akhlak mulia itu?
  1. Menerapkan budi pekerti pada setiap kegiatan belajar mengajar mulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi.
  2. Membuat catatan agar dapat melihat progres capaian penumbuhan karakter baik dan akhlak mulia.

A-tur eksekusi (Deliver)

  1. Siapa saja yang terlibat dalam menumbuhkan karakter baik dan akhlak mulia pada peserta didik?
  2. Kegiatan belajar yang seperti apa yang dapat menumbuhkan karakter baik dan akhlak mulia pada peserta didik?
  1. Guru mengajak orang tua, komite sekolah, dan semua warga sekolah untuk berkolaborasi agar penumbuhan karakter baik dan akhlak mulia terwujud.
  2. Guru menerapkan budi pekerti dan pembiasaan dalam setiap belajar mengajar pada semua siswa mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan pengawasan /monitoring kepala sekolah.

 

 

 

LAPORAN HASIL PEMBELAJARAN  BUDAYA POSITIF

Oleh :



SUHARYONO, S.Pd.SD _ SD NEGERI 1 MAYAHAN

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak anak, disinilah peran  guru penggerak untuk menumbuhkan nilai nilai,  karakter, dan akhlak mulia sangat penting dengan sebuah pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan, menggunakan prinsip-prinsip psikologi positif dan pendidikan positif( IA). Visi yang diharapkan selama ini bisa terwujud.

Budaya positif adalah kayakinan dan nilai yang disepakati yang menjadi kebiasaan bersama yang akan dilakukan dalam waktu lama. Di masa pandemi ini, kebersihan lingkungan sekolah merupakan hal yang sangat penting karena untuk memastikan anak tidak tertular penyakit yang diakibatkan oleh virus corona, serta Menumbuhkan, menanamkan dan membiasakan nilai-nilai budaya positif dan karakter baik, berakhlak mulia pada peserta didik di sehari – hari.  Karakter karakter baik maupun nilai – nilai baik itu  misalnya religius, jujur, disiplin, mandiri, kerja keras, cinta kebersihan lingkungan, sopan – santun, mandiri, demokratis.  Anak juga harus dididik untuk menjaga kebersihan diri baik dirumahnya sendiri maupun lingkungan sekolah agar kondisi fisik dan mentalnya tetap terjaga dengan baik. Kebersihan lingkungan kelas dan sekolah adalah bagian dari kesepakatan kelas, dimana hal tersebut adalah budaya positip yang harus dijalankan dan selalu ditingkatkan. Aksi nyata-budaya positip yang dilakukan oleh calon guru penggerak adalah menumbuhkan nilai nilai,  karakter, dan akhlak mulia dan kebersihan tempat tinggal dan lingkungan sekolah karena proses kegiatan pembelajaran telah selesai sehingga calon guru penggerak melakukan aksi nyata yang sudah dilakukan disepakai oleh murid dan guru beserta seluruh warga sekolah.

TUJUAN PEMBELAJARAN PEMBIASAAN BUDAYA POSITIF

1.         Menumbuhkan nilai – nilai budaya positif dengan kesepakatan kelas.

2.         Menumbuhkan akhlak mulia pada peserta didik  dalam   kegiatan pembelajaran di dalam

           kelas maupun diluar kelas.

3.         Membiasakan peserta didik untuk menanamkan karakter baik di setiap hari

4.         Kebersihan lingkungan adalah bagian dari kesepakatan kelas yang wajib dijalankan dan

            diterapkan oleh murid dan guru

5.         Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab siswa untuk senantiasa melakukan budaya

           positip yaitu kebersihan lingkungan.

6.         Agar murid, guru, dan seluruh warga sekolah mencintai lingkungan yang bersih dan

           indah sehingga menimbulkan suasana sekolah yang menyenangkan dan sehat.

 

TOLAK UKUR KEBERHASILAN

1.      Peserta didik mampu membuat kesepakatan kelas yang ditempel sudut dinding kelas dan di tanda tangani.

2.      Terwujudnya sikap  yang mencerminkan nilai – nilai budaya positif.

3.      Murid selalu menjalankan kesepakatan kelas.

4.      Terwujudnya lingkungan sekolah yang nyaman, menyenangkan, dan berpihak pada peserta didik.

5.      Lingkungan kelas dan lingkungan sekolah tampak bersih dan rapi.

6.      Terjalin komunikasi aktif antara guru, murid, seluruh warga sekolah.

TANTANGAN PEMBELAJARAN PEMBIASAAN BUDAYA POSITIF

1.  Karena bertepatan dengan awal masuk semester genap maka murid ada yang malas –malasan dan kurang semangat dalam melaksanakan kegiatan bersih – bersih ruang kelas maupun halaman sekolah.

2.  Ada siswa yang merasa jijik untuk membersihkan selokan drainase, karena siswa tersebut belum terbiasa untuk kegiatan ini.

3.  Ada siswa yang masih belum selalu taat memakai masker dan jaga – jarak walaupun sudah tertuang dalam kesepakatan kelas.

4.  Alat kebersihan kurang sehingga siswa saling berebut alat tersebut.

DOKUMENTASI PEMBELAJARAN PEMBIASAAN BUDAYA POSITIF

1.      Membimbing ,memfasilatasi peserta didik untuk membuat kesepakatan kelas :




2.      Membersihkan drainase /selokan  depan  kelas :

          



3.     Pembiasaan - pembiasaan  budaya positif  :


( tes suhu tubuh di gerbang  sekolah)


( membersihkan ruang kelas )


( peserta didik berpamitan pulang)



( mencuci tangan)



(merawat taman)